Jakarta – Anggota Komisi III DPR Arteria Dahlan kembali angkat bicara terkait isu OTT pejabat Imigrasi Bali terkait pungli di Bandara Ngurah Rai yang dilakukan Kejati Bali.
Arteria Dahlan menyampaikan hal tersebut dalam rapat kerja bersama Menkumham Yasonna Laoly. Arteria menyebut OTT itu sebagai operasi palsu.
“Ada kejadian yang harusnya mengusik kita semua, Pak, apa itu? OTT palsu, Pak, yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Bali. Tidak ada OTT, Pak,” kata Arteria di Gedung DPR, Senayan, Selasa (21/11) dilansir YouTube Kompas Tv.
Menurutnya, OTT tidak pernah terjadi karena tidak ada bukti akurat yang didapatkan.
“Yang ada apa? Yang ada Jaksa ngasih duit ke petugas Imigrasi orang petugas Imigrasi begini, Pak Habib (telapak tangan menghadap ke depan). Tiba-tiba dia lari, Pak. Enggak beberapa saat kemudian tiba-tiba dia bawa, ‘Mana uangnya? Berapa jumlah uangnya?” kata Arteria yang juga politikus PDIP ini.
“Petugas itu mengatakan, ‘Kami nggak tahu jumlahnya, wong saya dilempari duit begitu, Pak. Diajak ngomong baik-baik, ‘Yuk kita ke Kejati’,” ucap Arteria menirukan percakapan pihak Kejati Bali dan petugas Imigrasi Bandara Ngurah Rai.
“Apa yang dilakukan, Pak? Di berkas di BAP, ternyata yang ngasih uang itu Jaksa, Pak, bukan siapa-siapa. Apa OTT-nya? Yang baju hitam itu Jaksa, disuruh kumpul nih buat 86, buat damai,” sambungnya.
Politikus PDIP itu mengatakan uang yang dikumpulkan senilai Rp 79 juta. Sementara, ia menyebut Kejati merilis uang dengan nilai Rp 100 juta. Arteria mengatakan pihaknya ingin tahu maksud dari motif itu.
“Kumpulin duit terkumpullah uang Pak Rp 79 juta, yang di press release-nya Kejaksaan Tinggi itu adalah Rp 100 juta. Ini pemalsuan lagi, Pak. Saya ingin tahu motifnya apa? Siapa pemainnya?” kata Arteria.
Mentri Menkunham RI Yasonna, Akan Diselesaikan secara Institusi
Yasonna pun mengaku kesal dengan OTT pejabat imigrasi Bali. Menurutnya, fakta yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan dugaan perkara yang ada.
“Saya cukup marah peristiwa itu, saya cukup marah peristiwa OTT nya. Tapi setelah Dirjen Imigrasi menunjukkan kepada saya hasil CCTV, saya justru miris kok segitunya,” kata dia.
Namun, kata dia, pihaknya tak ingin berburuk sangka dan akan diselesaikan dengan cara baik-baik.
” Jadi, saya tidak memperpanjang apa yang disampaikan Pak Arteria, tapi kami akan selesaikan secara institusi, tapi seharusnya tidak patut. Kita berhubungan baik, mungkin ada kekhilafan,” kata politikus PDIP itu.
“Jadi kadang-kadang kekhilafan itu manusiawi, kekhilafan bisa datang dari kami, bisa juga datang dari luar. Jadi saya sempat kesal, saya minta Irjen, saya minta ini, kalau kejadian itu memalukan, tapi karena setelah pak Irjen meminta seluruh data CCTV dan melihat sesuatu yang amat ganjil dan tidak patut rasanya kami baru memahami dan kami akan menyelesaikan dengan baik antar institusi,” lanjutnya.
Kasus di Bandara Ngurah Rai itu terkait suap penggunaan fasilitas fast track. Diduga ada tarif tertentu bagi yang ingin menggunakan layanan yang seharusnya gratis itu.
Satu orang pejabat Imigrasi Bandara Ngurah Rai yang jadi tersangka, yakni Kepala Seksi Pemeriksaan I (HS). Ia sudah ditahan.(kld)