Padang – Ketersediaan vaksin untuk hewan penular rabies di Sumbar kini sangat terbatas, karena anggaran harus terfokus untuk penanganan Covid-19. Edukasi dan bahaya penyakit menular itu, perlu keterlibatan semua pihak. Untuk itu, Porbbi Sumbar berkomitmen dan ikut andil dalam kegiatan pencegahan. Caranya mengajak para pemburu melakukan vaksinasi untuk anjing pemburu mereka.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar mencatat, dalam satu tahun ada sekitar 25 ribu ekor anjing pemburu yang masuk Sumbar.
Dalam aturannya, ternak untuk berburu yang masuk ke Sumbar itu harus divaksin, tujuannya agar hewan tersebut tidak menjadi Hewan Penular Rabies (HPR).
Dinas Peternakan Kesehatan Hewan saat pada 2021 ini hanya mendapat jatah kuota 10 ribu vaksin. Sebelumnya pada 2020 kuota vaksin sebanyak 40 ribu vaksin.
Dalam hal ini, siasat menanggulangi keterbatasan vaksin yang dilakukan oleh dinas adalah memperbanyak edukasi dan sosialisasi ke masyarakat dan para pemburu.
Beruntung PORBBI Sumbar membuka tangan sangat lebar dan ikut berkomitmen membantu edukasi untuk pencegahan penyakit rabies tersebut.
“Kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi Porbbi Sumbar, mau bergandengan tangan dan bekerjasama,” sebut Kabid Kesehatan Hewan, Zed Abbas.
Pertemuan Komunikasi Informasi dan Edukasi Bahaya Penyakit Rabies sebagai Penyakit “Zoonosis” yang diselenggarakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar kerjasama dengan Porbbi Sumbar
Bertempat di BPP Bukit Sundi, Muaropaneh, Solok, Selasa (25/5).
Hadir dalam kegiatan itu Ketua PORBBI Sumbar Verry Mulyadi, Sekretaris Bermansyah dan Arky Fajrin dan pihak terkait lainnya.
Ia menyebut, Porbbi Sumbar adalah organisasi yang kuat di masyarakat. Untuk itu perlu peran Porbbi Sumbar mencegah penularan penyakit rabies di tengah masyarakat itu sendiri.
Katanya, rabies penularannya bisa dari anjing-anjing yang tidak terurus atau dilepas liar. Disinilah peran Porbbi sangat dibutuhkan karena langsung melakat ke para pemburu dan masyarakat.
Ke depan, ia berharap kerja sama dengan Porbbi Sumbar terus berlanjut. Karena memang selama ini komunikasi memang kurang terjalin.
“Alhamdulillah, komunikasi dan koordinasi bisa menyukseskan program kerja terutama dalam pengentasan penyakit rabies,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Porbbi Sumbar Verry Mulyadi mengatakan, Porbbi Sumbar sangat berkomitmen untuk mendukung program pemerintah terutama dalam pencegahan penyebaran rabies.
Salah satunya adalah, menyeleksi hewan berburu dengam cara memilih hewat sehat yang didatangkan dari luar Sumbar. Selain itu para pemburu juga dianjurkan memvaksin anjing pemburunya.
“Jadi bisa dikatakan anjing pemburu yang digunakan sudah dicek kesehatan dan divaksin. Ini salah satu bentuk kepedulian kami agar anjing pemburu tidak jadi HPR,” ujarnya.
Verry menambahkan, edukasi juga akan terus dilakukan pihaknya hinga ke tingkat daerah. Karena sudah seharusnya Porbbi Sumbar berperan dalam pencegahan rabies.
“Porbbi Sumbar akan ikut andil dalam memberantas penyakit rabies di Sumbar,” tegasnya.
Dengan adanya kerja sama bersama Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan, untuk ke depannya Porbbi Sumbar bakal menjalankan program vaksinasi pencegahan rabies terhadap anjing yang masuk ke Sumbar.
Tentunya program ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama Dinas Perternakan dan Kesehatan Hewan. Jika hal ini tidak dilakukan dengan banyaknya anjing yang masuk ke Sumbar lebih kurang perbulan 250 ekor per bulan, ditakutkan dapat menyebabkan berjangkitnya rabies di Sumbar.
“Vaksin yang diberikan kepada anjing yang datang dari Pulau Jawa belum menjamin. Apa betul divaksin atau tidak atau hanya sekadar surat vaksin saja yang ada, sementara ternaknya tidak pernah divaksin sama sekali,” tutur Exco PSSI 2016-2020 ini.
Oleh karena itu pengurus Porbbi Sumatera Barat siap untuk mendukung menyosialisasikan vaksinasi ternak dan menyeleksi anjing pemburu yang masuk ke Sumatera Barat sehingga betul-betul sehat dan tidak terjangkit rabies.
“Jadi sudah saatnya Porbbi Sumbar terus bergandengan dengan pemerintah daerah,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Sesi Pencegahan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Supriyadi juga mengapresiasi komitmen dan dukungan Porbbi Sumbar dalam pencegahan penyakit rabies.
Ia menyebut, Solok termasuk tinggi kasus rabies di Sumbar. Ada 1 atau 2 kasus per tahunnya. Bahkan tahun lalu ada warga meninggal karena rabies.
“Jadi pencegahan dan edukasi perlu dilakukan secara bersama-sama,” pungkasnya. (***)